Thursday, June 8, 2017

Seminar



Festival Komunikasi Universitas Pancasila 17 April 2017
Judul Seminar : “Kreasi Insan Perfilman Indonesia”
Pembicara : Ir. Chand Parwez (Ketua Badan Perfilman Indonesia), Rako Prijanto (Sutradara Film “Ungu Violet” (2005), Sang Kiai (2012)), Ferry Ardiansyah (Aktor, SutradaraIklan, Presenter)
Moderator : Riza Darma Putra, M.I.Kom (Dosen FIKOM UP)

Dalam seminar ini dijelaskan betapa pentingnya kreasi budaya anak-anak Indonesia khususnya dalam bidang perfilman. Pak Rako Prijanto menyatakan bahwa syarat membuat film adalah passion yang dimiliki sang pembuat film. Sebuah film akan mempunyai daya tarik jika pembuat film tersebut sangat passionate dengan apa yang ia buat, lalu hasil pembuatannya akan mempunyai selling point. Dari hal tersebutlah, apa yang ingin disampaikan oleh pembuat film tersampaikan ke penonton dan menjadi kan untung yang besar serta karya yang baik. Menurut Pak Rako Prijanto, tema adalah unsur penting dalam sebuah film. Sebagai contoh, dalam film Avenger mengemukakan tema pertemanan, sedangkan film Sixth Sense mengedepankan tema self healing atau perbaikan diri. Tema tersebut dapat menyentuh hati dan membuat simpati para penonton. Dari situlah selling point dari sebuah film, baik dalam hal pemasaran film dan apresiasi karya.

Hal lain yang dapat dicermati adalah perfilman Indonesia bersifat konstan, yang dimaksud ialah banyaknya remake atau pembuatan ulang film-film Indonesia lama menjadi versi zaman sekarang. Seperti Warkop DKI, Cek Toko Sebelah, dan Laskar Pelangi. Film-film tersebut dibuat versi baru, karena versi yang lama sangat melekat di hati orang-orang Indonesia. Hal yang paling melekat di kehidupan orang sekarang adalah gadget. Hal tersebut dapat di manfaatkan bagi para creator. Pembuat film tentunya setelah mendapatkan tema film, harus melakukan research atau penelitian, gadget dapat dimanfaatkan. Dalam hal pemasaran atau promosi sebuah film juga, peranan digital dapat digunakan oleh pembuat film dengan kritis. Karena semua orang sudah mempunyai smartphone maupun laptop, hal-hal seperti mengetahui apa yang terjadi di dunia semakin mudah.

Ir Chand Parwez mengatakan bahwa, masalah yang dihadapi perfilman Indonesia adalah pemerintahnya sendiri. Ia merasa dan melihat bahwa pemerintah kurang mendukung insan perfilman Indonesia. Dapat dilihat bahwa perfilman ini masuk ke sektor kreatif budaya yang seharusnya dinaungi Kementrian Pendidikan dan Budaya, tetapi sebaliknya, perfilman Indonesia ada dibawah sektor swasta. Perfilman Indonesia sebelum tahun 2015 mengalami keturunan baik dari segi kualitas maupun pemasaran, tetapi sekarang sudah makin banyak film Indonesia yang berkualitas bagus dan populer. Maka dari itu beliau berharap, pemerintah Indonesia dapat lebih menyemangati dan mendukung perfilman Indonesia agar dapat diakui oleh dunia internasional.

Vacayay Fakultas Ilmu Sosial dan Politik Universitas Indonesia 5 Mei 2017
Judul Seminar : Travelling With a Cause
Pembicara : Jemi Ngadiono (Founder of 1000 Guru)
Moderator : Laura Brigitta

VACAYAY 2017 is a travel fair that encourages everyone, despite the obstacles that they might have, to travel as a way to enrich their stories and experiences. Held on 3-5 May 2017 at Universitas Indonesia, Depok, visitors get to participate in workshops with key influencers in the travel world including Fadillah (RadityaDika’s vlog editor) and Windy Ariestanty (writer of “Life Traveler”) and an inspiring sharing session with @catatanbackpacker, 1000 Guru, and Putri Marino on how to share their travel experiences in the best way.

Sangatlah sia-sia jika hidup ini dilewati hanya dengan bekerja, manusia juga butuh waktu sejenak untuk bersantai dan menikmati hidup, contohnya dengan travelling atau jalan-jalan. Indonesia sangatlah luas dan indah, sangat disayangkan kalau orang Indonesianya sendiri tidak pernah mengunjunginya. Lebih asiknya lagi, travelling sambil bertukar ilmu dan mengikuti kegiatan sosial. Hal tersebut dapat dilakukan melalui organisasi yang dibuat oleh Jemi Ngadiono, yang bernama 1000 guru. Kegiatan yang dilakukan oleh organisasi ini ialah mengajar sambal travelling. Hal ini sudah dilakukan dan dikembangkannya selama lebih dari 4 tahun. Berawal hanya dari Jemi dan sekelompok kecil, ia berangkat ke Rangkas Belitung dan mengajar anak-anak pelosok disana yang mungkin tidak mempunyai gedung sekolah, peralatan, dan baju yang layak. Dalam program ini, Jemi membuka trip untuk orang-orang yang ingin berjalan-jalan sambil mengajarkan anak-anak tersebut, tentunya ada harga tertentu yang harus dibayar. Harga tersebut akan tergantung dengan destinasi program 1000 guru tersebut, dan 1000 guru tidak mengambil uang sepeser pun untuk organisasinya. Jemi sangat mengedepankan ketransparan organisasinya, masyarakat boleh memberikan donasi yang nantinya akan jatuh ketangan anak-anak dipelosok untuk pembangunan gedung sekolah atau peralatannya, tetapi tidak akan ada uang sepeser pun yang jatuh kepegawai organisasi ini.

Jemi sangat menyayangkan anak-anak di pelosok tersebut, karena mereka semua ingin belajar dan menuntut ilmu, tetapi peralatan dan gedung tidak memadai. Cara kerja 1000 guru ini ialah, sekelompok orang yang mem-volunteerkan dirinya akan mengunjungi daerah terpelosok, dan mengajar, bermain serta memberi anak-anak tersebut peralatan sekolah. Selanjutnya akan diberitahukan kepada pemerintah, bahwa daerah tersebut kurang resources dan pemerintah daerah tersebut akan mengambil alih. Sehingga, organisasi 1000 guru ini ingin member awareness kepada orang dalam atau luar negeri bahwa anak-anak tersebut ingin membuat Indonesia yang lebih baik, tetapi kekurangan resources.

Tidak lama ini, Jemi Ngadiono masuk ke salah satu program dari News Channel Asia yaitu ‘Indonesia’s Game Changer’ beserta Anies baswedan, Ridwan Kamil, dan lainnya. Program tersebut bercerita mengenai latar belakang tokoh, yang dinilai dapat membawa perubahan dalam kehidupan masyarakat melalui kerja keras dan kreativitas. Melalui program tersebut, 1000 guru mendapat publikasi ke masyarakat internasional, dan beberapa waktu lalu mulai orang luar negeri mengikuti program 1000 guru. Jemi mengharapkan agar Indonesia di jaga dan ditelusuri alamnya sambil mensejahterahkan rakyat melalui organisasi 1000 guru.



Gagas Media Presents :
Judul Seminar : Bincang Bianglala Bareng Galih Hidayatullah (4 Juni 2017)
Pembicara : Galih Hidayatullah

Galih Hidayatullah adalah seorang penulis yang baru menulis buku “Seperti Bianglala, pada sebuah akhir kita memulai” yang terbit pada April 2017 yang diterbitkan oleh Bukune. Buku ini berisi berbagai macam tulisan pendek yang bergenre romansa. Ia dulu sebelum menjadi penulis adalah seorang admin Bukune sebagai marketing dalam bagian media social. Sejak dahulu ia sudah memulai menulis sajak dan puisi di facebook, blog, dan kemudian twitter. Dikenali sebagai “Mas Aih” disemua media sosial tersebut.

Project buku ini diawali oleh guyonan teman kantornya yang mendapati Galih sering membuat puisi di media sosialnya, lalu akhirnya ia memperpanjang sajak dan puisi tersebut menjadi cerita pendek dalam bukunya. Galih merupakan orang yang pecicilan tetapi sebenarnya dalam dirinya terdapat rasa kesepian yang sering ia rasakan, sehingga dapat menulis buku ini. Selain isi curahan hatinya dan kejadian dari hidupnya sendiri, buku ini juga mendapatkan inspirasi dari curhatan pembacanya di media social, serta membaca situasi sekitar. Dipilih judul dari buku ini “Seperti Bianglala, Pada Sebuah Akhir Kita Memulai” karena menurutnya cinta adalah seperti bianglala, yaitu memutar seperti siklus. Mulai dari jatuh cinta, patah hati, hingga akhirnya jatuh cinta lagi.

Galih menyatakan bahwa kita semua bisa menulis buku, jadi jangan khawatir untuk upcoming writer, karena Galih pun sebenarnya sudah ingin menulis buku sejak tahun 2013, tetapi baru tercapai sekarang. Yang perlu dikhawatirkan bukanlah untuk menulis bukunya, tetapi adalah saat untuk menyelesaikan penulisan buku tersebut. Jika semua sudah diselesaikan, hanya tinggal mencari redaksi yang mempunyai visi yang sama dengan buku yang dibuat. Untuk marketing buku ini sangatlah mudah dan tidak mengeluarkan banyak uang untuknya, karena dilakukan di media sosial seperti twitter dan instagram. Media sosial di zaman modern ini harus lah dimanfaatkan sesering mungkin, karena sangatlah powerful. Sehingga untuk upcoming writer manfaatkanlah waktumu untuk menyelesaikan tulisan dan pakailah media social untuk menjalin kedekatan dengan para pembaca.

Nama           : Sri Hartati
NPM            : 17316140
Kelas            : 1TA04
Mata Kuliah : Etika Profesi dan Komunikasi
Dosen           : Yuning Ika Rohmawati, SIKOM

No comments: