Peranan pakar teknik sipil untuk pembangunan nasional adalah
sangat kritikal. Sehingga para engineer
harus mempunyai sikap yang kritis, efisien, dan kompetitif. Sangatlah tidak
mudah untuk menjalaninya dikarenakan banyak hambatan non teknis yang dihadapi.
Salah satu masalah non teknis yang dihadapi di lapangan adalah masalah
komunikasi.
Masalah komunikasi yang sering didapati di sebuah perusahaan
adalah miss communication atau sering
disebut miskom. Tidak hanya dalam perusahaan bidang teknik sipil, tetapi juga
di bidang lainnya. Miss communication
adalah hal yang paling sering terjadi diantara pekerjaan yang membutuhkan kerja
kelompok atau bekerja dengan orang lain. Hal ini disebabkan oleh komunikasi
yang kurang baik antar sesama pekerja perusahaan tersebut. Masalah komunikasi
ini dapat terjadi pada antar karyawan, antar karyawan dengan atasannya, maupun antara
client dan perusahaan, hal ini harus
diantisipasi dengan baik dan system yang terstruktur. Karena jika masalah
komunikasi antara atasan dengan bahwa terjadi bisa menimbulkan hal yang tidak
diinginkan seperti mogok kerja atau sampai berdemo.
Contoh kasus :
PT Jaya Abadi Sejahterah yang bergerak dalam bidang teknk
sipil mengalami permasalahan antara perusahaan dengan karyawan. Permasalahan
ini terjadi akibat adanya miss
communication antara client
dengan perusahaan. Adanya perubahan keinginan struktur yang cukup besar oleh client, sementara pihak perusahaan sudah
menyediakan semua dokumen yang diperlukan mulai dari denah sampai perhitungan
biaya konstruksi, dan sudah di tahap akhir planning.
Sang client mengambil tindakan dengan
membawa pengacara atas ketidaknyamanan berbisnis dengan perusahaan tersebut dan
akan lama untuk menyelesaikan tuntutan yang diberi client tersebut.
Contoh lain dari permasalahan yang relatif seperti antara
karyawan dengan manajemen. Secara langsung kita bisa melihat berita sehari-hari
diberbagai media. Tampak permasalahan dalam bentuk demonstrasi dan pemogokan.
Bisa karena tuntutan besarnya kompensasi, kesejahteraan, keadilan promosi
karir, atau tuntuntan hak asasi manusia karyawan.
Untuk mensiasati masalah komunikasi dapat dilakukan berbagai
cara :
1. Membentuk suatu sistem informasi yang terstruktur agar
tidak terjadi kesalahan dalam komunikasi. Seperti dengan membuat papan
pengumuman atau pengumuman melalui media seperti email.
2. Buat komunikasi dua arah antara atasan dengan bawahan
menjadi lancar dan harmonis dengan membuat rapat rutin perminggu, karena dengan
cara seperti itu dapat mengurangi masalah dilapangan.
3. beri pelatihan dalam hal komunikasi kepada atasan dan
karyawan, pelatihan akan memberikan pengetahuan dan ilmu baru bagi setiap
individu dalam organisasi. Dapat juga dilakukan field trip atau rekreasi bersama karyawan untuk mempererat bonding dalam suatu perusahaan.
4. Antara client dan perusahaan harus sangat teliti dan tidak
mengambil hati jika client ingin
merubah suatu rencana. Karena pada akhirnya, mereka lah yang memberikan masukan
dalam uang dan pengalaman untuk perusahaannya. Jika terjadi masalah komunikasi,
alangkah baiknya pihak perusahaan memberikan solusi tengah antara apa yang bisa
dilakukan perusahaan dan yang diinginkan oleh client.
Berikut adalah masalah dan solusi komunikasi di perusahaan
teknik sipil, masalah lain yang dapat ditemukan antara lain (Worsak, 2000;
Chiang A.,2003),
1. Produk seorang engineer
sangat unik. Sangat sulit untuk membandingkan karya kedua orang engineer secara adil dan objektif. Namun
seringkali proyek didapat melalui ‘koneksi’. Seorang engineer dapat bersikap manis dan menyenangkan akan mendapat
kesempatan yang lebih banyak daripada yang bersikap tegas dan objektif.
2. Faktor keamanan yang tinggi dan penerapan
peraturan-peraturan konstruksi membantu ‘menyembunyikan’ engineer yang berkemampuan kurang. Teori/teknik canggih dan terbaru
sangat jarang diterapkan dalam praktek.
3. Peraturan (code of
practice), keterbatasan waktu dan peralatan canggih mematikan kreativitas,
sering kali engineer hanya menjadi
operator yang hanya mengulang apa yang sudah pernah ada dan sudah pernah
dikerjakan.
4. Banyak Engineer, terpaksa ataupun tidak, menjadi
”yes-man” yang melakukan segala permintaan para investor / pemilik proyek.
Sering kali engineer hanya menjadi
‘alat’ sang investor, (dengan terpaksa atau tidak) merencanakan dan membangun
proyek yang sesungguhnya mengakibatkan kerusakan lingkungan dan tatanan
kehidupan sosial.
5. Engineer tidak mampu mempresentasikan aspirasi dan
pengetahuannya terhadap para investor. Sebaliknya, sang arsitek dan/atau
pemilik modal jauh lebih mampu mempresentasikan kehendaknya, sekalipun hal itu
diluar pengetahuannya. Engineer
bekerja, orang lain yang mendapatkan pujian.
6. Karir seorang engineer
di negara berkembang berumur pendek. Katanya: Tidak ada yang tidak dapat
dikerjakan engineer kecuali tetap
bekerja dalam bidang engineering!
7. Diluar engineering,
pengetahuan engineer sering kali
sangat terbatas. Di era gobalisasi ini pengetahuan akan engineering saja tidaklah cukup.
8. Proses tender yang selalu mencari penawaran terendah
membawa dampak yang merusak. Sistem tender yang menciptakan suasana
sangat-sangat kompetitif itu membuat engineer
bergulat demi mempertahankan kelangsungan profesi dan perusahaannya. Sang engineer tidak hanya membanting tulang,
tetapi juga banting membanting harga dan sering kali kualitas terpaksa menjadi
korban. Pemilik perusahaan terpaksa menekan honor
engineer. Pada gilirannya suasana ini akan mematikan kreativitas dan etika
sang engineer. Atau paling tidak, memaksa
sebagian besar engineer meninggalkan
dunia engineering.
Solusi untuk permasalahan tersebut adalah,
1. Engineer harus
bersikap terus menerus memperbaiki pengetahuannya, selalu mencari solusi yang
terbaik. Tidak boleh bergantung kepada code
of practice secara membuta. Engineer
tidak boleh bersikap pasif, melainkan harus pro-aktif untuk beradaptasi dengan
era globalisasi yang serba cepat ini.
2. Bermodalkan disiplin pengetahun engineering itu sendiri tidaklah cukup, seorang engineer perlu melengkapi dirinya dengan
pentetahuan dasar akan ilmu-ilmu sosial, ekonomi, keuangan, humas, dan
lain-lain yang terkait dengan pekerjaannya. Pengetahuan dan keahlian mana
diperlukan untuk secara efektif mengkomunikasikan proses engineering.
3. Pengetahuan engineering
merupakan pengetahuan yang sangat khusus, tidak banyak orang yang menguasai
disiplin ilmu ini. Karenanya seorang engineer
harus mempunyai kebanggaan diri dalam merefleksikan kepercayaan. Setiap kata
dan tindakan dalam menjalankan profesi-nya harus dapat diandalkan. Kita wajib
memberikan dan menerapkan solusi yang terbaik yang diketahuinya. Sesama engineer harus juga bisa saling
menghormati, saling dipercaya dan mempercayai. Serta tidak saling menjatuhkan
satu sama lain.
4. Agar dapat dipercaya, seorang engineer harus jujur terhadap profesinya, terhadap diri sendiri,
terhadap sesama engineer dan terhadap
client-nya. Diperlukan sikap lapang
dada dalam menerima saran dan kritik dari sesama Engineer demi kemajuan
bersama.
5. Keputusan hendaknya diambil dengan tidak mengutamakan
keuntungan materi, tetapi berdasarkan pertimbangan engineering dan dampak lingkungan. Bilamana diperlukan harus dapat
mengatakan: “Tidak” kepada pemberi tugas.
6. Setiap buah karya engineer
dilandasi dengan pemikiran yang berdasarkan kepedulian terhadap lingkungan dan
masyarakat. Berusaha agar dampak negatif terhadap lingkungan dan masyarakat
sekecil mungkin. Dan sebaliknya agar karyanya itu bahkan berdampak positif
terhadap kehidupan. Disinilah letak keanggunan dari karya Engineer.
7. Tidak bersikap egois, tidak mengedepankan kepentingan
diri pribadi. Tidak bersikap seperti economic
animal yang menilai semua dari sudut kepentingan ekonomi semata.
Sekian, saya jabarkan masalah serta solusi komunikasi dan
lainnya yang dapat terjadi di perusahaan bidang teknik sipil.
Credit masalah dan solusi di bidang teknik sipil : GOUW Tjie-Liong
Nama
: Sri Hartati
NPM
: 17316140
Kelas
: 1TA04
Mata Kuliah : Etika
Profesi dan Komunikasi
Dosen
: Yuning Ika Rohmawati, SIKOM
No comments:
Post a Comment